Rabu, 30 Januari 2013

ISOLASI SOSIAL


ISOLASI SOSIAL

I.       MASALAH UTAMA
Isolasi sosial : Menarik diri
II.     PROSES TERJADINYA MASALAH
A.    Pengertian
Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individudan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatukeadaan negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan  minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya sendiri,pengulangan, tindakan yang tidak bermakna. Mengekspresikan perasaanpenolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaanyang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (MaryC. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkanketerlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423)isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi danberhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selaludalam kegagalan.

B.     Tanda dan gejala
a. Bicara, senyum / tertawa sendiri.
b. Mengatakan mendengar suara, melihat, mengecap, menghidu.
c. Merusak diri sendiri / orang lain / lingkungan.
d. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata.
e. Tidak dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi.
f. Pembicaraan kacau, kadang tidak masuk akal.
g. Sikap curiga dan bermusuhan.
h. Ketakutan.
i. Sulit membuat keputusan.
j. Menarik diri, menghindari dari orang lain.
k. Menyalahkan diri sendiri/ orang lain.
l. Muka merah kadang pucat.
m. Ekspresi wajah bingung.
n. Tekanan darah naik.
o. Nafas terengah- engah.
p. Nadi cepat.
q. Banyak keringat.

C.    Etiologi
Harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perilaku negatif terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tak langsung. (Scultz dan Videback, 1998).
Tanda Dan Gejala Harga Diri Rendah
Ada 10 cara individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah (Stuart dan Sundeen, 1995)
1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri
2. Merendahkan atau mengurangi martabat diri sendiri
3. Rasa bersalah atau khawatir
4. Manisfestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalahgunaan zat.
5. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan
6. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan sosial
7. Menarik diri dari realitas
8. Merusak diri
9. Merusak atau melukai orang lain
10. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri.

D.    Mekanisme sebab- akibat.
Sebab : Harga diri rendah yang kronis
Mekanisme : Harga diri klien yang rendah menyebabkan klien merasa malu sehingga klien lebih suka sendiri dan selalu menghidari orang lain. Pasien mengurung diri sehingga hal ini dapat menyebabkan klien berfikir yang tidak realistik.
*Akibat : Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat mempengaruhi semua sistem penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu baik. (Carpenito, 1996
Mekanisme : Menarik diri pada individu dapat mengakibatkan perubahan persepsi sensori : halusinasi. Hal ini disebabkan karena dengan menarik diri, klien hanya menerima rangsangan internal dengan imajinasi yang berlebihan.
Tanda dan gejala Halusinasi
1. Apatis
2. Ekspresi wajah sedih
3. Afek tumpul
4. Menghindar dari orang lain
5. Klien tampak memisahkan diri dengan orang lain
6. Komunikasi kurang
7. Kontak mata kurang
8. Berdiam diri
9. Kurang mobilitas
10. Gangguan pola tidur (Tidur berlebihan/ kurang tidur)
11. Mengambil posisi tidur seperti janin
12. Kemunduran kesehatan fisik
13. Kurang memperhatikan keperawatan diri

E.     Pohon masalah













Isolasi sosial: Menarik diri
 



Core Problem
 





Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
 
 
















F.     Rentang Respon Sosial
  
Respon adaptif                                                       Respon maladaptif
Solitut                                Kesepian                            Manipulasi
Otonomi                             Menarik diri                       Impulsif
Kebersamaan                      Ketergantungan                 Narkisme
Saling ketergantungan

Gambar.1.1 Rentang respon social, (Stuart and Sundeen, 1998).

Keterangan dari rentang respon sosial :
1.      Solitut (Menyendiri) , Solitut atau menyendiri merupakan respon yang dibutuhkan seorang untuk merenung apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialanya dan suatu cara  untuk nmenentukan langkahnya. 
2.      Otonomi, Kemapuan individu untuk mentukan dan maenyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan social.
3.      Kebersamaan (Mutualisme), Perilaku saling ketergantungan dalam membina hubungan interpersonal.
4.      Saling ketergantungan (Interdependent), Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana hubungan tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
5.      Kesepian, Kondisi dimana seseorang merasa sendiri, sepi, tidak danya perhatian dengan orang lain atau lingkunganya.
6.      Menarik diri, Kondisi dimana seseorang tidak dapat mempertahankan hubungan dengan orang lain atau lingkunganya.
7.      Ketergantungan (Dependent), Suatu keadaan individu yang tidak menyendiri, tergantung pada orang lain.
8.      Manipulasi, Individu berinteraksi dengan pada diri sendiri atau pada tujuan bukan berorientasi pada orang lain. Tidak dapat dekat dengan orang lain 
9.      Impulsive, Keadaan dimana individu tidak mampu merencanakan sesuatu. Mempunyai penilaian yang buruk dan tidak dapat diandalkan 
10.  Narkisme, Secara terus menerus berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian. Individu akan marah jika orang lain tidak mendukungnya.
(Townsend M.C,1998)
G.    Fase-fase Halusinasi
1.       Fase Comforting (ansietas sebagai halusinasi menyenangkan)
Karaktersitik: Klien mengalami perasaan seperti ansietas,kesepian,rasa bersalah dan takut mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas individu mengenal bahwa pikiran-pikiran dan pengalaman sensor berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani (nonpsikotik).
Perilaku klien: Tersenyum dan tertawa tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara menggerakkan mata yang cepat dan respon verbal yang lambat
2.       Fase Condemning (Ansietas berat halusinasi memberatkan)
Karaktersitik: Pengalaman sensasi menjijikan dan Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan menakutkan,klien mulai lepas kendali dan mungkin menciba untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang di persepsikan,individu mungkin merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain(nonpsikotik).
Perilaku klien: Peningkatan system saraf otonom yang menunjukan ansietas,peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan pernapasan, penyempitan kemampuan konsentrasidan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3.       Fase Controling (Anxietas berat, pengalaman sensori menjadi penguasa)
Karaktersitik: Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan mnyerah dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya,individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berahir(psikotik).
Perilaku klien: Kemampuan dikendalikan hlusinasi akan lebih di takuti,kerusakan berhubungan dengan orang lain,rentang perhatian hanya beberapa detik/menit adanya tanda-tanda fisik ansietas berat,tremor, tidak mampu memahamiperaturan
4.   Fase Conquering/panic (Umumnya menjadi lezat dalam halusinasinya)
Karaktersitik: Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasi berahir dari beberapa jam/hari jika intervensi terapeutik(psikotik berat).
Perilaku klien: Perilaku tremor akibat panic,potensi berat suicida/nomicide aktifitas merefleksikan halusinasi perilaku isi, seperti kekerasan, agitasi, agitas menarik diri, tidak mampu merespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.

H.    Rentang Respon Halusinasi
      Rentang respon halusinasi ( berdasarkan Stuart dan Laria, 2001).
Respon Adaptif __________________ Respon Maladaptif        
Pikiran logis        Distorsi pikiran        Gangguan pikir        Persepsi akurat        Ilusi         Halusinasi         Emosi konsisten dgn pengalaman         Reaksi emosi         atau Sulit beresponemosi       Prilaku sesuai       Prilaku aneh/tidak biasa        Prilaku disorganisasi        Berhubungan sosial        Menarik diri        Isolasi sosial.













 
III.    MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
a.       Masalah keperawatan:
·         Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
·         Isolasi sosial: menarik diri
·         Gangguan konsep diri: harga diri rendah

b.      Data yang perlu dikaji
Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:
·                    Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata.
·         Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata.
·         Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus.
·         Klien merasa makan sesuatu.
·         Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya.
·         Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar.
·         Klien ingin memukul/melempar barang-barang.
Data Objektif:
·         Klien berbicara dan tertawa sendiri.
·         Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu.
·         Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
·         Disorientasi

Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif:
·                    Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif:
·                    Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:
·                    Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
·                    Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri atau ingin mengakhiri hidup.

IV.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi
2.      Isolasi sosial: menarik diri
3.      Gangguan konsep diri : harga diri rendah.


V.          FOKUS INTERVENSI

DIAGNOSA PERAWATAN : Perubahan persepsi sensori : halusinasi b/d menarik diri.
A. Tujuan umum
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori : halusinasi.
B. Tujuan khusus
1. Dapat membina hubungan saling percaya.
                 Kriteria evaluasi :
- Ekspresi wajah beersahabat, menunjukkan rasa senang, adanya kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Intervensi Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi teraupetik.
b. Sapaklien dengan ramah baik vebal maupun nonb verbal.
c. Perkenalkan diri dengan sopan
d. Tanyakan nama lengkap klien dan nama kesukaan klien.
e. Jelaskan tujuan pertemuan.
f. Jujur dan menepeti janji.
g. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.
h. Ciptakan lingkungan yang tenang dan bersahabat.
i. Beri perhatian dan penghargaan : temani klien walau tidak menjawab.
j. Dengarkan dengan empati beri kesempatan bicara, jangan buru – buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
Rasionalisasi :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya
2.  Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Kriteria evaluasi :
- KLien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.
Intervensi keperawatan :
a. Kaji pengetahuan klien tantang perilaku menarik diri dan tanda – tandanya.
b. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan pearasaan penyebab menarik diri tidak mau bergaul.
c. Diskusikan pada klien tentang perilaku menarik diri, tanda serta penyebab yang muncul.
d. Berikan reinforcement positif terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya.
Rasionalisasi :
- Diketahuinya penyebab akan dapat dihubungkan dengan factor presipitasi yang dialami klien.
3. KLien dapat menyebabkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Evaluasi :
- Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian berhubungan dengan orang lain.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat keuntungan berhubungan dengan orang lain serta kerugiannya bila tidak berhubungan dengan orang lain.
b.    Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang berhubunagn dengan orang lain
c. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak berhubungan denagn orang lain.
d. Diskusikan bersama tentan keuntungan berhubungan denagn orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
e. Beri reinforcement positif terhadapo kemampuan mengungkapkan pearasaan tentang keuntungan berhubunagn dengan orang lain dan kerugian bila tidak berhubungan denagn orang lain.
Rasionalisasi :
- Mengidentifikasi sejauh mana keuntunagn yang klien rasakan bila berhubungan dengan orang lain.
- Mengidentuifikasi kerugian yang klien rasakan bila tidak berhubungan dengan orang lain.
4.  Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.
Kriteria evaluasi ;
- Klien dapat mendemonstrasikan hubunagn sosial secara bertahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-kel/kelompok masyarakat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji kemampuan klien membina hubunagn dengan orang lain.
b. Dorong dan Bantu klien berhubungan dengan orang lain melalui tahap k-p, k-p-p lain, k-p-p lain-k lain, k-p-kel/kelompok masyarakat.
c. Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang telah dicapai.
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungn.
e. Diskusikan jadwal harian yang daopat dilaukan bersama klien dalam mengisi waktu luang.
f. Memotivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.
g. Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam ruangan.
Rasionalisasi :
- Klien harus dicoba berinteraksi secara bertahap agar terbiasa membina hubungan yang sehat dengan orang alain
- Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk berinteraksi.
5. KLien dapat mengunngkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
- KLien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.
Intervensi Keperawatan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengn orang lain.
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungn dengan orang lain.
c. Beri reinforcement atas kemampuan klien mengungkapkan perasaanya berhubungan dengan orang lain.
Rasionalisasi :
- Ungkapan perasaan klien bila berhubungan dengan orang lain akan sangat membantu klien memahami manfaat berhubungan dengan orang lain.
6. Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Kriteria evaluasi :
- Keluarga dapat Menjelaskan perasaannya, Menjelaskan cara mearawat klien menarik diri, mendemontrasikan cara perawatan klien menarik diri, berpartisipasi dalam perawatan klien menarik diri.
Intervensi Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya denagn keluarga : salam, perkenalkan diri, sampaikan tujuan, buat kontrak eksplorasi perasaan keluarga.
b. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : Perilaku menarik diri, penyebab perilaku menarik diri, akibat yang akan terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi, cara keluarga menghadapi klien menarik diri.
c. Dorong anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu.
d. Anjurkan anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
e. Beri reinforcement atas hal – hal yang telah dicapai keluarga.
Rasionalisasi :
- Keluarga dapat membantu dan mendukung klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui keterlibatan keluarga dalam merawat klien.
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Kriteria evaluasi :
- Klien dapat minum obat dengan prinsip yang benar.
- Mengetahui efek obat dan mengkomunikasikan dengan perawat jika terjadi keluhan.
Intervensi Keperawatan :
a. Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek samping minum obat)
b. Bantu dalam mengguanakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara, waktu).
c. Anjurkan klien untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
d. Beri reinforcement positif bila klien menggunakan obat dengan benar.
Rasionalisasi :
- Dengan mengetahui prinsip yang benar dalam menggunakan obat, akan meminimalkan terjadinya ketidakefektifan pengobatan atau keracunan. Hal ini juga dimaksudkan untuk memotivasi klien agar bersedia minum obat (patuh dalam pengobatan).



DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 3.

Jakarta : EGC

Gail w. Stuart. 2007. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 5. EGC. Jakarta

Gail w. Stuart. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta : EGC

Iyus Yosep, SKp.,M.Si. 2007. Buku Keperawatan Jiwa.

Suliswati, S.Kp, M.Kes, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta : EGC.

Mary c. townsend. 1998 Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri. Edisi 3. Jakarta : EGC

Sentosa Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006. (defenisi dan klasifikasi). Prima Medika

Siswanto. 2007. Kesehatan Mental (konsep cakupan dan pekembangannya). Yogyakarta : ANDI

Sunaryo. 2004. Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Diposkan oleh kippo' bloggers di 22:54